• This is default featured slide 1 title

    Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

  • This is default featured slide 2 title

    Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

  • This is default featured slide 3 title

    Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

  • This is default featured slide 4 title

    Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

  • This is default featured slide 5 title

    Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

PERAN HIERARKI DAN AWAM DALAM GEREJA KATOLIK

 

PENJELASAN TEORI

 

1. Hierarki dalam Gereja Katolik.

a. Pengertian dan Dasar Kepemimpinan dalam Gereja (Hierarki)

Gereja sebagai persekutuan umat mempunyai struktur kepemimpinan, yang kita sebut Hierarki. Untuk menggembalakan dan mengembangkan Umat Allah, Kristus dalam Gereja-Nya mengadakan aneka pelayanan yang tujuannya demi kesejahteraan seluruh Umat Allah. Sebab, para pelayan yang mempunyai kekuasaan kudus, melayani saudara-saudara mereka supaya semua yang termasuk Umat Allah, dengan bebas dan teratur bekerja sama untuk mencapai tujuan tadi, dan dengan demikian mencapai keselamatan.

Yesus Kristus, Gembala kekal, mendirikan Gereja Kudus, dengan mengutus para rasul seperti Dia sendiri diutus oleh Bapa (Yoh 20:21). Para pengganti mereka, yakni para Uskup, dikehendaki-Nya untuk menjadi gembala dalam Gereja-Nya hingga akhir zaman. Supaya episkopat itu sendiri tetap satu dan tak terbagi, Yesus mengangkat Santo Petrus menjadi ketua para rasul lainnya. Dalam diri Petrus, Yesus menetapkan adanya azas dan dasar kesatuan iman serta persekutuan yang tetap dan kelihatan. (Lumen Gentium, Art. 18)

Perutusan ilahi yang dipercayakan oleh Yesus kepada para rasul akan berlangsung sampai akhir zaman (Mt 28:20), Sebab, Injil yang harus mereka wartakan bagi Gereja merupakan azas seluruh kehidupan untuk selamanya. Maka dari itu, dalam himpunan yang tersusun secara Hierarkis, para rasul telah berusaha menggangkat para pengganti mereka.

Para Uskup pengganti para rasul yang dipimpin oleh Sri Paus pengganti Petrus bertugas melayani Jemaat bersama para pembantu mereka, yakni para imam dan diakon. Sebagai wakil Kristus, mereka memimpin kawanan yang mereka gembalakan (pimpin), sebagai guru dalam ajaran, imam dalam ibadat suci, dan pelayan dalam bimbingan (Lumen Gentium, Art 20)

 

b. Susunan Hierarki

Susunan kepemimpinan dalam Gereja sekarang dapat diurutkan sebagai berikut:

1)    Dewan Para Uskup dengan Paus sebagai kepala

Pada akhir masa Gereja Perdana, sudah diterima cukup umum bahwa para uskup adalah pengganti para rasul. Tetapi hal itu tidak berarti bahwa hanya ada dua belas para uskup (karena ada 12 rasul). Bukan rasul satu persatu diganti oleh orang lain, tetapi kalangan para rasul sebagai pemimpin Gereja diganti oleh para Uskup. Tegasnya, dewan para Uskup menggantikan dewan para rasul. Yang menjadi pimpinan Gereja adalah dewan para uskup. Seseorang menjadi uskup, karena diterima ke dalam dewan itu. 

 

2) Paus Konsili Vatican II menegaskan: “Adapun dewan atau badan para uskup hanyalah berwibawa, bila bersatu dengan imam agung di Roma, pengganti Petrus, sebagai kepalanya dan selama kekuasaan primatnya terhadap semua, baik para gembala maupun kaum beriman, tetap berlaku seutuhnya.” Sebab Imam Agung di Roma berdasarkan tugasnya, yakni sebagai wakil Kristus dan gembala Gereja semesta, mempunyai kuasa penuh, tertinggi dan universal terhadap Gereja, dan kuasa itu selalu dapat dijalankan dengan bebas (Lumen Gentium, Art 22). Penegasan itu didasarkan pada kenyataan bahwa Kristus mengangkat Santo Petrus menjadi ketua para rasul lainnya. Petrus diangkat menjadi pemimpin para rasul. Paus pengganti Petrus adalah pemimpin para uskup. 

 

3) Uskup KonsiliVatican II merumuskan dengan jelas: “masing-masing uskup menjadi asas dan dasar kelihatan bagi kesatuan dalam Gerejanya” (Lumen Gentium, Art.23). Tugas pokok uskup adalam mempersatukan dan mempertemukan umat. Tugas itu selanjutnya dibagi menjadi tiga tugas khusus menurut tiga bidang kehidupan Gereja, yaitu tugas pewartaan, perayaan, dan pelayanan, di mana dimungkinkan komunikasi iman dalam Gereja. Tugas utama dan terpenting bagi para uskup adalah pewartaan Injil (Lumen Gentium, Art. 25) .

 

4) Pembantu Uskup: Imam dan Diakon.

Para Imam adalah wakil uskup. Di setiap Jemaat setempat dalam arti tertentu, para imam menghadirkan uskup. Tugas konkret mereka sama seperti uskup. Mereka ditahbiskan untuk mewartakan Injil dan menggembalakan umat beriman. Para Diakon : Pada tingkat hierarki yang lebih rendah terdapat para diakon, yang ditumpangi tangan bukan untuk imamat, melainkan untuk pelayanan (Lumen Gentium Art 29). Para diakon adalah pembantu khusus uskup di bidang materi sedangkan imam pembantu umum.

 

PENJELASAN HIERARKI SECARA SINGKAT

Segala tindakan para hierarkis harus berdasarkan cinta kasih yang berasal dari Yesus Kristus sebagai kepala Gereja, sehingga cinta kasih Yesus Kristus tersebar kepada seluruh umat awam dan menjadi dasar bagi seluruh pejalanan kehidupan manusia. Hierarki adalah orang-orang yang ditahbiskan untuk tugas kegembalaan. Mereka menjadi pemimpin dan pemersatu umat, sebagai tanda efektif dan nyata dari otoritas Kristus sebagai kepala Gereja. Hierarki adalah tanda nyata bahwa umat tidak dapat membentuk dan membina diri atas kuasanya sendiri, tetapi bergantung dari Kristus. Otoritas Kristus atas Gereja-Nya ditandai oleh hierarki.

PAUS

Pemimpin tertinggi didalam Gereja Katolik yang ada diseluruh dunia, sebagai uskup Roma dan pengganti Rasul Petrus

USKUP

Pemimpin yang ditugaskan di wilayah tertentu untuk menggembalakan dan membimbing serta melayani umat-Nya.

PASTOR (IMAM)

Pemimpin yang bertugas untuk membantu uskup dalam pelayanan menggembalakan dan membimbing umat yang berada di setiap daerah.

DIAKON TERTAHBIS

Diakon tertahbis adalah calon pastor (imam) membantu uskup atau pastor dalam pelayanan menggembalakan umat yang berada di setiap daerah yang ditugaskan, sebelum benar-benar menjadi seoarang pastor/ menerima Sakramen Imamat.

 

 

NB. Kardinal bukan jabatan hirarkis dan tidak termasuk dalam struktur hierarki.  Kardinal adalah penasehat utama Paus dan membantu Paus terutama dalam reksa harian seluruh Gereja. Para Kardinal membentuk suatu dewan Kardinal. Jumlah dewan yang berhak memilih Paus dibatasi 120 orang yang di bawah usia 80 tahun. Seorang Kardinal dipilih oleh Paus dengan bebas.

 

c. Fungsi Hierarki

Seluruh umat Allah mengambil bagian di dalam tugas Kristus sebagai nabi, imam, dan raja (tugas: mengajar, menguduskan, dan mengembalakan). Tetapi umat itu tidak bersifat seragam, maka Gereja mengenal pembagian tugas, tiap komponen umat (hierarki, biarawan, biarawati, awam) menjalankan tugas dengan cara yang berbeda. Fungsi khusus hierarki adalah :

  •     Menjalankan tugas gerejani, yakni tugas-tugas yang secara langsung dan eksplisit menyangkut kehidupan beriman Gereja, seperti melayani sakramen-sakramen, mengajar agama dan sebagainya.
  • Menjalankan tugas kepemimpinan dalam komunikasi iman. Hierarki mempersatukan umat dalam iman dengan petunjuk, nasihat, dan teladan.

 

d. Peranan Hierarki

Fungsi kepemimpinan hierarki adalah untuk menggembalakan Gereja sebagai umat Allah. Hierarki berada dalam umat Allah oleh karena kehendak Kristus untuk menggembalakan seluruh Gereja-Nya. Dengan demikian, hierarki memiliki peran penting dalam penggembalaan Gereja Semesta. Dalam konteks Gereja Semesta (universal) ini, hierarki memiliki dua peran utama sebagai berikut:
Memberikan bimbingan pastoral dan tugas pengajaran.
Tugas mengajar dan memberikan bimbingan itu kerap dikenal dengan istilah magisterium Gereja atau kuasa mengajar gereja dalam bidang iman. “Wewenang mengajar” tidak berarti bahwa dalam pewartaan hanya hierarki yang aktif, sedangkan yang lain tinggal menerima dengan pasif saja.

Tugas-tugas Hierarki adalah:

  1. Hierarki menjalankan tugas kepemimpinan dalam komunikasi iman. Hirarki mempersatukan umat dalam iman, tidak hanya dengan petunjuk, nasehat, dan teladan,

          tetapi juga dengan kewibawaan dan kekuasaan kudus. (Lumen Gentium, Art 27)

2) Hierarki menjalankan tugas-tugas Gerejani, seperti memperhatikan Gereja-gereja di seluruh dunia dan situasi-situasi yang dialami oleh Gereja-gereja partikular di seluruh dunia serta merayakan sakramen, mewartakan sabda, dan sebagainya..

 

 

e. Corak kepemimpinan dalam Gereja

Kepemimpinan dalam Gereja merupakan suatu panggilan khusus, di mana campur tangan Tuhan merupakan unsur yang dominan. Oleh sebab itu, kepemimpinan dalam Gereja tidak diangkat oleh manusia berdasarkan suatu bakat, kecakapan, atau prestasi tertentu. Kepemimpinan dalam Gereja tidak diperoleh oleh kekuatan manusia sendiri. “Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu”. Kepemimpinan dalam masyarakat dapat diperpanjang oleh manusia, tetapi kepemimpinan dalam Gereja tidaklah demikian.

Kepemimpinan dalam Gereja bersifat mengabdi dan melayani dalam arti semurni-murninya, walaupun ia sungguh mempunyai wewenang yang berasal dari Kristus sendiri. Kepemimpinan gerejani adalah kepemimpinan untuk melayani, bukan untuk dilayani. Kepemimpinan untuk menjadi orang yang terakhir, bukan yang pertama. Kepemimpinan untuk mencuci kaki sesama saudara. Ia adalah pelayan. (Paus dikatakan sebagai: Servus Servorum Dei=Hamba dari hamba-hamba Allah).
Kepemimpinan hierarki berasal dari Tuhan, maka tidak dapat dihapus oleh manusia. Kepemimpinan masyarakat dapat diturunkan oleh manusia, karena ia diangkat dan diteguhkan oleh manusia.

 

2. Kaum Awam dalam Gereja Katolik

Sesuai dengan ajaran konsili Vatican II, rohaniawan (Hierarki) dan awam memiliki martabat yang sama, hanya berbeda dalam fungsi. Semua fungsi sama luhurnya, asal dilaksanakan dengan motivasi yang baik, demi Kerajaan Allah.

 

a.     Arti kaum Awam

Yang dimaksud dengan kaum awam adalah semua orang beriman Kristiani yang tidak termasuk golongan yang menerima tahbisan suci dan status kebiarawanan yang diakui dalam Gereja (Lumen Gentium Art. 31).

Ada dua macam defenisi awam:

Ø Definisi teologis: Awam adalah warga Gereja yang tidak ditahbiskan. Jadi, awam meliputi biarawan seperti suster dan bruder yang tidak menerima tahbisan suci.

Ø Definisi tipologis: Awam adalah warga Gereja yang tidak ditahbiskan dan juga bukan biarawan-biarawati. Maka dari itu, awam tidak mencakup para bruder dan suster.

 

b.     Peranan Kaum Awam

Pada zaman ini orang sering berbiacara tentang tugas atau kerasulan internal dan eksternal.Kerasulan internal atau kerasulan “ di dalam Gereja” adalah kerasulan membangun jemaat. Kerasulan ini lebih diperani oleh jajaran Hierarki, walaupun awam dituntut pula untuk mengambil bagian di dalamnya. Kerasulan eksternal atau kerasulan dalam “tata dunia” lebih diperani oleh para awam. Namun harus disadari bahwa kerasulan dalam Gereja bermuara pula ke dunia. Gereja tidak hadir di dunia ini untuk dirinya sendiri, tetapi untuk dunia. Gereja hadir untuk membangun Kerajaan Allah di dunia ini.

1)    Kerasulan dalam tata dunia.

Berdasarkan panggilan khasnya, awam bertugas mencari Kerajaan Allah dengan mengusahakan hal-hal duniawi dan mengaturnya sesuai dengan kehendak Allah. Mereka hidup dalam dunia, yakni dalam semua dan tiap jabatan serta kegiatan dunia. Mereka dipanggil Allah agar sambil menjalankan tugas khasnya dan dibimbing oleh semangat Injil, mereka dapat menguduskan dunia dari dalam laksana ragi (Lumen Gentium, Art. 31). Kaum awam dapat menjalankan kerasulannya dengan kegiatan penginjilan dan pengudusan manusia serta meresapkan dan memantapkan semangat Injil ke dalam Tata Dunia sedemikian rupa sehingga kegiatan mereka sungguh-sungguh memberikan kesaksian tentang Kristus dan melayani keselamatan manusia. Dengan kata lain, Tata Dunia adalah medan bakti khas kaum awam. Hidup keluarga dan masyarakat yang bergumul dengan bidang-bidang ipoleksosbudhamkamnas hendaknya menjadi medan bakti mereka. Cukup lama, bahkan sampai sekarang ini, masih banyak diantara kita yang melihat kerasulan dalam tata dunia bukan sebagai kegiatan kerasulan. Mereka menyangka bahwa kerasulan hanya berurusan dengan hal-hal yang rohani, yang sakral, yang kudus, yang serba keagamaan, dan yang menyangkup kegiatan-kegiatan dalam lingkup Gereja. Dengan paham Gereja sebagai “Tanda dan Sarana Keselamatan Dunia” yang dimunculkan oleh Gaudium et Spes, di mana otonomi dunia dan sifatnya yang sekuler diakui, maka dunia dan lingkungannya mulai diterima sebagai ruang lingkup keberadaan dan kegiatan Gereja, bahkan sebagai partner dialog yang dapat saling memperkaya diri. Orang mulai menyadari bahwa menjalankan tugas-tugas duniawi tidak hanya berdasarkan alasan kewargaan dalam masyarakat atau Negara saja, tetapi juga karena dorongan iman dan tugas kerasulan kita, asalkan dengan motivasi yang baik. Iman tidak hanya menghubungkan kita dengan Tuhan, tetapi sekaligus menghubungkan kita dengan sesama kita di dunia ini.

 

2)    Kerasulan dalam Gereja (internal)

Karena Gereja ini Umat Allah, maka Gereja harus sungguh-sungguh menjadi Umat Allah. Ia hendaknya mengkonsilidasi diri untuk benar-benar menjadi Umat Allah itu. Ini adalah tugas membangun Gereja. Tugas ini dapat disebut kerasulan internal. Tugas ini pada dasarnya lebih dipercayakan kepada golongan hierarki (kerasulan hierarki), tetapi para awam dituntut pula untuk mengambil bagian di dalamnya. Keterlibatan awam dalam tugas membangun Gereja ini bukanlah karena menjadi perpanjangan tangan dari hierarki atau ditugaskan oleh hierarki, tetapi oleh pembaptisan ia mendapat tugas itu dari Kristus. Awam hendaknya turut berpartisipasi dalam tri-tugas Gereja.

a). Dalam tugas nabiah, pewartaan sabda, seorang awam dapat:  Mengajar agama, sebagai katekis atau guru agama memimpin kegiatan pendalaman Kitab Suci atau pendalaman iman.

b). Dalam tugas imamiah, menguduskan, seorang awam dapat: Memimpin doa dalam pertemuan-peremuan umat, memimpin koor atau nyanyian dalam ibadat, membagi komuni sebagai prodiakon, menjadi pelayan Altar, dsb.

c). Dalam tugas gerejawi, memimpin atau melayani, seorang awam dapat: Menjadi anggota Dewan Paroki, menjadi ketua seksi, ketua lingkungan atau wilayah.

 

c. Hubungan Hierarki dan Kaum Awam

1). Gereja adalah Umat Allah

Konsili Vatkan II menegaskan bahwa semua anggota Umat Allah (hierarki, biarawan/biarawati, dan awam) memiliki martabat yang sama. Yang berbeda hanya fungsinya. Keyakinan ini dapat menjamin hubungan yang wajar antara semua komponen Gereja. Tidak boleh ada klaim bahwa komponen-komponen tertentu lebih bermartabat dalam Gereja Kristus dan menyepelekan komponen lainnya. Keyakinan ini harus diimplementasikan secara konsekuen dalam hidup dan karya semua anggota Gereja.

2).   Setiap Komponen Gereja memiliki fungsi yang khas.

Setiap Komponen Gereja memiliki fungsi yang khas. Hierarki bertugas memimpin (atau lebih tepat melayani) dan mempersatukan seluruh Umat Allah. Biarawan/biarawati dengan kaul-kaulnya bertugas mengarahkan umat Allah kepada dunia yang akan dating (eskatologis). Para awam bertugas merasul dalam tata dunia. Mereka harus menjadi rasul dalam keluarga-keluarga dan dalam masyarakat di bidang ipoleksosbudhamkamnas. Jika setiap komponen Gereja melaksanakan fungsinya masing-masing dengan baik, maka adanya kerja sama yang baik pasti terjami.

 

3)       Kerja sama

Walaupun tiap komponen Gereja memiliki fungsinya masing-masing, namun untuk bidang-bidang dan kegiatan tertentu, terlebih dalam kerasulan internal Gereja yaitu membangun hidup menggereja, masih dibutuhkan partisipasi dan kerja sama dari semua komponen. Dalam hal ini hendaknya hierarki tampil sebagai pelayan yang memimpin dan mempersatukan. Pimpinan tertahbis, yaitu dewan diakon, dewan presbyter, dan dewan uskup tidak berfungsi untuk mengumpulkan kekuasaan ke dalam tangan mereka melainkan untuk menyatukan rupa-rupa tipe, jenis, dan fungsi pelayanan (kharisma) yang ada.Hierarki berperan untuk memelihara keseimbangan dan persaudaraan di antara sekian banyak tugas pelayanan. Para pemimpin tertahbis
memperhatikan serta memelihara keseluruhan visi, misi, dan reksa pastoral. Karena itu, tidak mengherankan bahwa di antara mereka yang termasuk dalam dewan hierarki ini ada yang bertanggung jawab untuk memelihara ajaran yang benar dan memimpin perayaan sakramen-sakramen.

 

d.     Peranan Kaum Muda dalam Hidup Menggereja

Gereja membutuhkan kaum muda untuk memperkembangkan Gereja itu sendiri. Keterlibatan kaum muda dalam Gereja bisa dalam bentuk kelompok atau pribadi. Gereja memberikan ruang bagi keterlibatan kaum muda untuk tugas-tugas Gereja sesaui dengan fungsi dan potensi masing-masing, entah itu tugas nabiah, rajawi, imamiah. Oleh karena itu kerasulan kita baik didalam Gereja maupun kerasulan di luar Gereja memiliki tujuan yang sama, membangun Kerajaan Allah.

 

 

D. SAJIAN CONTOH

Bacalah Cerita Dibawah ini:

 

DUA BERSAUDARA

Kata sahibul hikayat ada dua orang bersaudara yang hidup bahagia dan puas, sampai kedua-duanya dipanggil Tuhan untuk menjadi murid-Nya. Yang lebih tua menanggapi panggilan menjadi iman dengan sukarela, meskipun ia harusmeninggalkan orang tua serta gadis yang dicintainya dan diimpikan menjadi istrinya. Ia lalu pergi ke sebuah negeri yang jauh. Disana ia mencurahkan seluruh hidupnya untuk melayani orang-orang yang sangat miskin. Penganiayaan timbul di negeri itu. Ia ditangkap atas dasar tuduhan palsu, kemudian disiksa dan dibunuh. Dan Tuhan berkata kepadanya: “Baik, hamba yang jujur dan setia! Engkau memberiku pengabdian seharga seribu talenta. Sekarang akan kuberikan kepadamu semiliar, semiliar talenta sebagai ganjaranmu, masuklah dalam sukacita TuhanMu!”. Tanggapan adiknya atas panggilan Tuhan berubah. Ia ingin melepaskannya supaya dapat meneruskan rencananya serta menikah dengan gadis yang dicintainya. Ia menikmati kebahagiaan hidup berkeluarga, usahanya berkembang pesat, ia menjadi
terkenal dan kaya. Kadangkala ia memberi sedekah kepada pengemis, bersikap ramah terhadap istri dan anak-anaknya. Sesekali ia juga mengirim sedikit uang untuk kakaknya yang menjadi misionaris di negeri yang jauh.”Uang ini mungkin dapat membantu karyamu di tengah orang miskin itu”, tulisnya di dalam surat. Pada saat ia meninggal, Tuhan berkata kepadanya: “Baik, hamba yang jujur dan setia! Engkau memberiku pelayanan seharga sepuluh talenta. Sekarang akan kuberikan ganjaran kepadamu sebesar semiliar,semiliar talenta, masuklah ke dalam suka cita
Tuhanmu!” Kakaknya tercengang-cengang ketika mendengar bahwa adiknya mendapatkan ganjaran yang sama dengannya. Dan ia senang. Katanya: “Tuhan, setelah melihat semua ini, seandainya saya harus lahir dan hidup kembali, saya masih akan melakukan hal yang persis sama dengan yang telah saya perbuat bagi-Mu”.


- Siapakah yang awam?

Jawab: Yang awam adalah adik

 

-   Menurut pandanganmu, manakah lebih luhur, menjadi iman atau menjalankan suatu profesi dalam masyarakat seperti guru, camat, polisi, pedagang dsb? Jelaskan?

Jawab : cerita diatas ingin mengungkapkan bahwa awam dan peran seorang awam sama luhurnya dengan rohaniwan (hierarki) dan peran seorang rohaniawan. Sesuai dengan ajaran Konsili Vatikan II, rohaniwan (hierarki) dan awam memiliki martabat yang sama, hanya berbeda dalam fungsi. Semua fungsi sama luhurnya, asal dilaksanakan dengan motivasi yang baik, demi Kerajaan Allah. 

Lihat dan amatilah video dibawah ini . Berikan tanggapanmu !!

Share:

SIFAT-SIFAT GEREJA

I. Pengantar 

Syahadat iman Gereja Katolik dirumuskan dalam Kredo (credere = percaya). Ada dua rumusan kredo yaitu rumusan pendek dan rumusan panjang. Syahadat rumusan pendek disebut Syahadat Para Rasul karena menurut tradisi syahadat ini disusun oleh para rasul.Yang panjang disebut Syahadat Niea yang disahkan dalam Konsili Nicea (325) yang menekankan keilahian Yesus. Dikemudian hari lazim disebut sebagai Syadat Nicea-Konstantinopel karena berhubungan dengan Konsili Konstantinopel I (381). Pada Konsili ini ditekankan keilahian Roh Kudus yang harus disembah dan dimuliakan bersama Bapa dan Putera. Syahadat inilah yang lebih banyak digunakan dalam liturgi-liturgi Gereja Katolik. Di dalam rumusan syahadat panjang itu pada bagian akhir dinyatakan ke empat sifat atau ciri gereja katolik : satu, kudus, katolik dan apostolik.  

Sifat Sifat Gereja Yang Katolik & Apostolik - YouTube 

Tujuan Sifat-sifat Gereja 

Gereja yang satu, kudus dan apostolik merupakan ciri-ciri atau sifat Gereja. Melalui empat ciri itu Gereja menyatakan bahwa yang insani dan yang ilahi bersatu di dalam diri Gereja sama halnya dengan Gereja, kendati beraneka ragam, namun tetap Satu yaitu Gereja yang berkumpul dalam Tuhan Yesus Kristus. Keempat sifat Gereja itu saling kait mengait, tetapi tidak merupakan rumus yang siap pakai. Gereja memahaminya dengan merefleksikan dirinya sendiri dengan karya Roh Kudus di dalam dirinya. Gereja itu Ilahi sekaligus insani, berasal dari Yesus dan berkembang dalam sejarah. Gereja itu bersifat dinamis, tidak sekali jadi dan statis, oleh karena itu sifat-sifat Gereja tersebut harus selalu diperjuangkan. 

Berikut penjelasan masing-masing mengenai sifat-sifat gereja katolik : 

Dalam doa syahadat/credo/aku percaya, kita mengakui 4 sifat gereja yaitu: gereja yang satu, kudus, katolik dan apostolik. Penjelasan dari masing-masing sifat gereja sebagai berikut: 

A. Gereja yang Satu 

 a) Pengertian 

        Gereja itu satu karena sumber dan teladannya adalah Allah Tritunggal: Bapa, Putra, dan Roh Kudus. Yesus Kristus, Putra Allah, sebagai pendiri dan kepala Gereja menetapkan kesatuan semua umat manusia dalam satu tubuh. Sebagai jiwa Gereja, Roh Kudus mempersatukan semua umat beriman dalam kesatuan dengan Kristus. "Allah telah berkenan menghimpun orang-orang yang beriman akan Kristus menjadi umat Allah" (1 Ptr 2:5-10) dan "membuat mereka satu tubuh" (1Kor 12:12). Kesatuan Gereja pertama-tama adalah kesatuan iman (Ef 4:3-6) yang diungkapkan secara berbeda-beda. Kristus memang mengangkat Petrus menjadi ketua para rasul, supaya kolegialitas para rasul tetap satu dan tidak terbagi. Didalam diri Petrus, Kristus menetapkan asas dan dasar kesatuan iman serta persekutuan yang tetap kelihatan. Kristus akan tetap mempersatukan Gereja, tetapi perwujudan konkret harus diperjuangkan dan dikembangkan disempurnakan terus menerus. Gereja hanya mempunyai satu iman, satu kehidupan sakramental, satu warisan apostolik, satu pengharapan yang umum, serta cinta kasih yang satu dan sama. Meski demikian, kesatuan Gereja tetap menghargai kebhinnekaan yang ada di dalamnya. Kesatuan Gereja juga tampak secara nyata. Sebagai orang-orang Katolik, kita dipersatukan dalam pengakuan iman yang satu dan sama, dalam perayaan ibadat bersama, terutama sakramensakramen, serta struktur hierarkis berdasarkan suksesi apostolik yang dilestarikan dan diwariskan melalui Sakramen Tahbisan Suci. Kesatuan di dalam Gereja mendapatkan dasarnya dari kesatuan Tritunggal, yaitu Bapa, Putera dan Roh Kudus. Allah Tritunggal kendati memiliki tiga pribadi, namun hakikatnya adalah Satu. Sama halnya dengan Gereja, kendati beraneka ragam, namun tetap Satu yaitu Gereja yang berkumpul dalam Tuhan Yesus Kristus. Roh Kudulah yang menyatukan Gereja. Dalam konteks kehidupan kristiani, kita menyadari bahwa dosa menyebabkan terjadinya perpecahan dan pertengkaran, sebaliknya di mana ada kebajikan di sana ada perdamaian. Roh Kudus membimbing gerejaNya untuk senantiasa masuk lebih dalam menuju kebersatuan antara umat dan terlebih dengan Yesus Kristus. 

b) Upaya memperjuangkan kesatuan Gereja 

        Kita sudah mendengar tentang fakta perpecahan gereja. Hal ini terjadi karena perbuatan manusia. Untuk itu semangat persatuan harus dipupuk dan diperjuangkan melalui berbagai cara seperti: 

  • Usaha untuk menguatkan persatuan kita dalam gereja: 

            - Aktif berpartisipasi dalam kehidupan bergereja 

            - Setia dan taat kepada persekutuan umat dan hirarki. 

  • Usaha untuk menguatkan persatuan antar-Gereja: 

            - Jujur dan terbuka antar satu dengan yang lainlal. 

            - Lebih melihat persamaan daripada mempersoalkan perbedaan. 

            - Mengadakan kegiatan bersama seperti doa bersama. 

c) Gereja yang Satu ini terdiri dari : 

  • Pengakuan iman yang sama. 
  •  Perayaan ibadat bersama dan sakramen-sakramen. 
  • Suksesi apostolik yang oleh tahbisan menegakkan kesepakatan sebagai saudara dan saudari dalam Kerajaan Allah. 

Empat Sifat Gereja Katolik

Menjelaskan hal-hal yang melukai Gereja yang kudus - Brainly.co.id

B. Gereja yang Kudus 

a) Pengertian 

        Gereja itu kudus, kudus berarti yang dikhususkan atau disucikan bagi Tuhan. Gereja Katolik meyakini diri kudus bukan karena tiap anggotanya sudah kudus tetapi lebih-lebih karena dipanggil kepada kekudusan oleh Tuhan, “Hendaklah kamu sempurna sebagaimana Bapamu di surga sempurna adanya.” (Mat 5:48) Perlu diperhatikan juga bahwa kategori kudus yang dimaksud terutama bukan dalam arti moral tetapi teologi, bukan soal baik atau buruknya tingkah laku melainkan hubungannya dengan Allah. Ini tidak berarti hidup yang sesuai dengan kaidah moral tidak penting. Namun kedekatan dengan yang Ilahi itu lebih penting, sebagaimana dinyatakan, “kamu telah memperoleh urapan dari Yang Kudus, (1Yoh 2:20) yakni dari Roh Allah sendiri. (bdk. Kis 10:38) Diharapkan dari diri seorang yang telah terpanggil kepada kekudusan seperti itu juga menanggapinya dalam kehidupan sehari-hari yang sesuai dengan kaidah-kaidah moral. 

b) Gereja itu kudus karena sumber (dari mana ia berasal), tujuan (kemana ia diarahkan), dan unsur-unsur ilahi yang auntentik di dalam nya adalah kudus. 

  • Sumber Gereja berasal adalah kudus. Gereja didirikan oleh kristus. Gereja menerima kekudusannya dari kristus dan doa-Nya. (lihat.Yo 17:11). 
  • Tujuan dan arah Gereja adalah kudus. Gereja ditunjukan untuk kemuliaan Allah dan penyelamat umat manusia. (Ef 1: 4, 1Ptr 1 : 15). 
  • Unsur- unsur Ilahi yang auntentik di dalam Gereja adalah kudus, misalnya ajaran-ajaran dan sakramen-sakramen. sakramen-sakramen. 
c) Gereja harus menjadi Gereja yang kudus Di zaman ini,karena itu merupakan perwujudan kehendak Allah yang Mahakudus untuksekarang bersatu dengan manusia, dan mempersatukan manusia dalam kekudusanNya. Gereja yang kudus itu dipandang sebagai tanda Gereja yang benar. 
  • Usaha kita sebagai anggota Gereja untuk mewujudkan kekudusan Gereja
    1. Saling memberi kesaksian untuk hidup sebagai putra putri Allah 
                    - Dengan perbuatan yang kongkret : bela rasa, mengabarkan kabar gembira. 
                    - Menjaga kekudussan gereja dengan menjaga kekudusan dalam diri (hati nurani)dan dapat
                      menjadi contoh teladan yang baik bagi orang-orang disekitar kita. 
               2. Memperkenalkan Hidup (bersifat pahlawan) untuk mencapai kekudusan. 
                    - Memberikan jasa tanpa pamrih. 
                    - Membantu sesama manusia tanpa membeda-bedakan. 
              3. Merenungkan dan mendalami Kitab Suci, khususnya ajaran dan hidup Yesus yang
                  merupakan pedoman dan arah hidup kita : 
                    - Rajin berdoa dan Rajin Kegereja. 
                    - Merefleksikan pengalaman diri sendiri.
                    - Membaca Kitab Suci. 
Hidup suci atau kudus (saleh-mulia) perlu diperjuangkan terus menerus. Menjadi kudus atau suci berangkat dari pengalaman sederhana yang baik dan positif. Bahkan, menjadi kudus berawal dari pengalaman pahit, dosa, keterpurukan. Pengalaman jatuh atau dosa tersebut berubah melalui perubahan atau pertobatan. Maka, sebetulnya dalam hidup kita perlunya perubahan atau pertobatan dari hal-hal yang negatif menjadi hal yang positif, yang baik.
 
Empat Sifat Gereja Katolik
 
Empat Sifat Gereja Katolik

 C. Gereja yang Katolik 

a) Pengertian 

        Gereja bersifat katolik karena terbuka bagi dunia, tidak sebatas pada tempat tertentu, bangsa dan kebudayaan tertentu, waktu dan golongan masyarakat tertentu. Kekatolikan Gereja tampak dalam:

  • Rahmat dan keselamatan yang ditawarkan. 
  • Iman dan ajaran Gereja yang bersifat umum (dapat diterima dan dihayati oleh siapapun). Iman dan ajaran Gereja yang bersifat umum, dapat diterima dan dihayati oleh siapa pun juga. Kekatolikan Gereja tidak berarti bahwa Gereja meleburkan diri ke dalam dunia. Dalam keterbukaan itu, Gereja tetap mempertahankan identitas dirinya. Kekatolikan justru terbukti dengan kenyataan bahwa identitas Gereja tidak tergantung pada bentuk lahiriah tertentu, melainkan merupakan suatu identitas yang dinamis, yang selalu dan dimana-mana dapat mempertahankan diri, bagaimanapun juga bentuk pelaksanaannya. Kekatolikan Gereja bersumber dari firman Tuhan sendiri.
b) Gereja bersifat universal, umum dan terbuka. Oleh sebab itu perlu diusahakan antara lain: 
        - Sikap terbuka dan menghormati kebudayaan, adat istiadat bahkan agama bangsa manapun.
        - Bekerja sama dengan pihak mana saja yang berkehndak baik dalam mewujudkan nilainilai yang
          luhur di dunia ini. 
       - Selalu berusaha untuk memprakarsai dan memperjuangkan suatu dunia yang baik untuk umat
         manusia.
        Untuk setiap orang kristiani diharapkan memiliki jiwa yang besar dan keterlibatan penuh dalam kehidupan masyarakat, sehingga dapat member kesaksian bahwa “katolik” artinya terbuka untuk apa saja yang baik dan siapa saja yang berkehendak baik. Gereja juga bersifat dinamis. Maka Gereja dapat dikembangkan lebih nyata atau diwujudkan dengan cara: Bersikap terbuka dan menghormati kebudayaan, adatistiadat, bahkan agama bangsa mana pun. Bekerja sama dengan pihak mana pun yang berkehendak baik untuk mewujudkan nilai-nilai yang luhur di dunia ini. Berusaha untuk memprakarsai dan memperjuangkan suatu dunia yang lebih baik untuk umat manusia. Terlibat dalam kehidupan bermasyarakat, sehingga kita dapat memberi kesaksian bahwa “katolik” artinya terbuka untuk apa saja yang baik dan siapa yang berhendak baik. Kekatolikan Gereja tidak berarti bahwa Gereja meleburkan diri kedalam dunia. Dalam keterbukaan itu, Gereja tetap mempertahankan identitas dirinya. Kekatolikan justru terbukti dengan kenyataan bahwa identitas Gereja tidak tergantung pada bentuk lahiriah tertentu, melainkan identitas yang bersifat dinamis, yang selalu di mana-mana dapat mempertahankan diri, bagaimanapun juga bentuk pelaksanaannya. Kekatolikan Gereja bersumber dari firman Tuhan sendiri. 
 
 Empat Sifat Gereja Katolik 
 
D. Gereja yang Apostolik 
a) Pengertian 
            Apostolik atau rasuli berarti bahwa Gereja berasal dari para rasul dan tetap berpegang teguh pada kesaksian iman mereka itu. Yesus Kristus mendirikan Gereja dan mempercayakan otoritas-Nya kepada para rasul-Nya para uskup yang pertama. Sifat apostolik tidak berarti bahwa Gereja hanya mengulang-ulangi apa yang sejak dulu kala sudah diajarkan dan dilakukan di dalam gereja, keapostolikan berarti bahwa dalam perkembangan hidup, tergerak Roh Kudus, Gereja senantiasa berpegang pada Gereja para rasul sebagai norma imannya. Bukan mengulangi, tetapi merumuskan dan mengungkapkan kembali apa yang menjadi inti hidup iman. karena seluruh Gereja bersifat apostolik, maka seluruh Gereja dan setiap anggotanya, perlu mengetahui apa yang menjadi dasar hidupnya. 
Gereja mewartakan keselamatan. Pewartaan Gereja diterima dari para rasul dan diteruskan sampai ke ujung bumi.  Dasarnya adalah Perintah Yesus "Pergilah, ajarilah semua bangsa dan baptislah mereka atas nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka mentaati segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu" (Mat 28 : 19-20).
        Sifat Apostolik (yang betul-betul dihayati secara nyata) harus mencegah Gereja dari segala rutinisme yang bersifat ikut-ikutan. Keapostolikan berarti bahwa seluruh Gereja dan setiap anggotanya tidak hanya bertanggungjawab atas ajaran gereja, tetapi juga atas pelayanannya. Sifat keapostolikan Gereja tidak pernah “selesai”, tetapi selalu merupakan tuntutan dan tantangan. gereja, yang oleh Kristus dikehendaki satu, kudus, Katolik, apostolik, senantiasa harus mengembangkan dan menemukan kembali kesatuan, kekatolikan, keapostolikan, dan terutama kekudusannya. Sifat-sifat Gereja di imani, berarti harus dihayati, oleh Gereja seluruhnya dan oleh masing-masing anggotanya. Gereja yang apostolik tidak berarti bahwa Gereja terpaku pada Gereja Perdana. Gereja tetap berkembang di bawah bimbingan Roh Kudus dan tetap berpegang pada Gereja para Rasul sebagai norma imannya. Hidup Gereja tidak boleh bersifat rutin, tetapi harus dinamis. Gereja disebut apostolik karena Gereja berhubungan dengan para rasul yang diutus oleh Kristus. Hubungan itu tampak dalam: Legitimasi fungsi dan kuasa hierarki dari para Rasul. 
 
b) Fungsi dan kuasa hierarki Diwariskan dari para rasul. 
            Ajaran-ajaran Gereja diturunkan dan berasal dari kesaksian para rasul.Ibadat dan struktur Gereja pada dasarnya berasal dari para rasul. Gereja sekarang sama dengan Gereja para rasul. Bahkan identitas Gereja sekarang mempunyai kesatuan dan kesamaan fundamental dengan Gereja para rasul. Gereja didirikan atas dasar para Rasul memiliki tiga macam arti, yaitu : 
  1. Gereja tetap dibangun atas dasar para Rasul dan para Nabi. 
  2. Dengan bantuan Roh Kudus, Gereja menjaga ajaran, warisan iman, pedoman sehat para Rasul dan meneruskannya. 
  3. Gereja tetap diajar, dikuduskan dan dibimbing oleh para Rasul sampai kedatangan kembali Yesus. Sekarang tugas para Rasul itu diteruskan oleh para Uskup, dibantu oleh para Imam. 
            Bapa Apostolik adalah sebutan bagi pakar-pakar teologi Kristen di jajaran para Bapa Gereja yang hidup pada abad pertama dan abad ke-2 Masehi, yang dipercaya kenal dengan beberapa rasul Kristus secara pribadi, atau sangat dipengaruhi ajaran dan keteladanan rasul-rasul tersebut. Empat aspek yang sangat hakiki dari: Gereja sejati: persatuan, kesucian, keuniversalan dan kerasulan. Kesatuan di dalam Gereja mendapatkan dasarnya dari kesatuan Tritunggal, yaitu Bapa, Putera dan Roh Kudus. Allah Tritunggal kendati memiliki tiga pribadi, namun hakikatnya adalah Satu. Sama halnya dengan Gereja, kendati beraneka ragam, namun tetap Satu yaitu Gereja yang berkumpul dalam Tuhan Yesus Kristus. Roh Kudus lah yang menyatukan Gereja. 
 
        Usaha mewujudkan Keapostolikan Gereja: 
  • Setia mempelajari injil sebagai iman gereja para rasul. 
  • Menafsirkan dan mengevaluasi situasi konkret kita dengan iman Gereja para rasul.
  • Setia dan loyal kepada hierarki sebagai pengganti para rasul. Mewujudkan keapostolikan Gereja. Keapostolikan Gereja tidak berarti Gereja sekarang hanya merupakan copyan dari Gereja para rasul. Gereja sekarang hanya terarah kepada gereja para rasul sebagai dasar dan permulaan imannya. Karena pewartaan para rasul dan penghayatan iman mereka terungkap dalam Kitab Suci, maka sifat keapostolikan gereja akan tampak terutama dalam kesetiaan kepada Injil.
        Kesatuan dengan Gereja purba adalah kesatuan hidup, yang pusatnya adaah Kitab Suci dan Tradisi. Secara konkret, tradisi selalu merupakan konfrontasi terus-menerus antara situasi gereja sepanjang masa dan pewartaan Kitab Suci. Gereja harus senantiasa menafsirkan dan mengevaluasi situasi konkret berpangkal pada sikap iman Gereja para rasul. 
 
Sifat Gereja : APOSTOLIK by Megan Letitia 
        Empat ciri/sifat Gereja yang didirikan Kristus adalah: satu, kudus, katolik dan apostolik. Satu, karena Kristus menghendaki Gereja-Nya berkarya sampai akhir zaman (Mat 28:19-20) dalam satu kepemimpinan, pengajaran maupun ibadah. Kudus, karena Gereja didirikan Kristus dan Kristus adalah Kepalanya. Katolik (artinya seluruh), karena Gereja didirikan oleh Kristus yang menyatukan segala sesuatu maka Gereja ditujukan bagi seluruh dunia, merangkul semua orang, dan mencakup semua ajaran-Nya, di seluruh/ sepanjang sejarah manusia. Apostolik, karena Kristus mendirikan Gereja-Nya di atas Rasul Petrus dalam persekutuan dengan para rasul yang lain. Karena itu, Gereja-Nya yang sejati adalah Gereja yang dipimpin oleh para penerus Rasul Petrus dan para penerus rasul lainnya.
 
 
 
Share:

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

Arsip Blog

Label

Label

Recent Posts

Unordered List

  • Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit.
  • Aliquam tincidunt mauris eu risus.
  • Vestibulum auctor dapibus neque.

Pages

Theme Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.