I. Pengantar
Syahadat iman Gereja Katolik dirumuskan dalam Kredo (credere = percaya). Ada dua rumusan kredo yaitu rumusan pendek dan rumusan panjang. Syahadat rumusan pendek disebut Syahadat Para Rasul karena menurut tradisi syahadat ini disusun oleh para rasul.Yang panjang disebut Syahadat Niea yang disahkan dalam Konsili Nicea (325) yang menekankan keilahian Yesus. Dikemudian hari lazim disebut sebagai Syadat Nicea-Konstantinopel karena berhubungan dengan Konsili Konstantinopel I (381). Pada Konsili ini ditekankan keilahian Roh Kudus yang harus disembah dan dimuliakan bersama Bapa dan Putera. Syahadat inilah yang lebih banyak digunakan dalam liturgi-liturgi Gereja Katolik. Di dalam rumusan syahadat panjang itu pada bagian akhir dinyatakan ke empat sifat atau ciri gereja katolik : satu, kudus, katolik dan apostolik.
Tujuan Sifat-sifat Gereja
Gereja yang satu, kudus dan apostolik merupakan ciri-ciri atau sifat Gereja. Melalui empat ciri itu Gereja menyatakan bahwa yang insani dan yang ilahi bersatu di dalam diri Gereja sama halnya dengan Gereja, kendati beraneka ragam, namun tetap Satu yaitu Gereja yang berkumpul dalam Tuhan Yesus Kristus. Keempat sifat Gereja itu saling kait mengait, tetapi tidak merupakan rumus yang siap pakai. Gereja memahaminya dengan merefleksikan dirinya sendiri dengan karya Roh Kudus di dalam dirinya. Gereja itu Ilahi sekaligus insani, berasal dari Yesus dan berkembang dalam sejarah. Gereja itu bersifat dinamis, tidak sekali jadi dan statis, oleh karena itu sifat-sifat Gereja tersebut harus selalu diperjuangkan.
Berikut penjelasan masing-masing mengenai sifat-sifat gereja katolik :
Dalam doa syahadat/credo/aku percaya, kita mengakui 4 sifat gereja yaitu: gereja yang satu, kudus, katolik dan apostolik. Penjelasan dari masing-masing sifat gereja sebagai berikut:
A. Gereja yang Satu
a) Pengertian
Gereja itu satu karena sumber dan teladannya adalah Allah Tritunggal: Bapa, Putra, dan Roh Kudus. Yesus Kristus, Putra Allah, sebagai pendiri dan kepala Gereja menetapkan kesatuan semua umat manusia dalam satu tubuh. Sebagai jiwa Gereja, Roh Kudus mempersatukan semua umat beriman dalam kesatuan dengan Kristus. "Allah telah berkenan menghimpun orang-orang yang beriman akan Kristus menjadi umat Allah" (1 Ptr 2:5-10) dan "membuat mereka satu tubuh" (1Kor 12:12). Kesatuan Gereja pertama-tama adalah kesatuan iman (Ef 4:3-6) yang diungkapkan secara berbeda-beda. Kristus memang mengangkat Petrus menjadi ketua para rasul, supaya kolegialitas para rasul tetap satu dan tidak terbagi. Didalam diri Petrus, Kristus menetapkan asas dan dasar kesatuan iman serta persekutuan yang tetap kelihatan. Kristus akan tetap mempersatukan Gereja, tetapi perwujudan konkret harus diperjuangkan dan dikembangkan disempurnakan terus menerus. Gereja hanya mempunyai satu iman, satu kehidupan sakramental, satu warisan apostolik, satu pengharapan yang umum, serta cinta kasih yang satu dan sama. Meski demikian, kesatuan Gereja tetap menghargai kebhinnekaan yang ada di dalamnya. Kesatuan Gereja juga tampak secara nyata. Sebagai orang-orang Katolik, kita dipersatukan dalam pengakuan iman yang satu dan sama, dalam perayaan ibadat bersama, terutama sakramensakramen, serta struktur hierarkis berdasarkan suksesi apostolik yang dilestarikan dan diwariskan melalui Sakramen Tahbisan Suci. Kesatuan di dalam Gereja mendapatkan dasarnya dari kesatuan Tritunggal, yaitu Bapa, Putera dan Roh Kudus. Allah Tritunggal kendati memiliki tiga pribadi, namun hakikatnya adalah Satu. Sama halnya dengan Gereja, kendati beraneka ragam, namun tetap Satu yaitu Gereja yang berkumpul dalam Tuhan Yesus Kristus. Roh Kudulah yang menyatukan Gereja. Dalam konteks kehidupan kristiani, kita menyadari bahwa dosa menyebabkan terjadinya perpecahan dan pertengkaran, sebaliknya di mana ada kebajikan di sana ada perdamaian. Roh Kudus membimbing gerejaNya untuk senantiasa masuk lebih dalam menuju kebersatuan antara umat dan terlebih dengan Yesus Kristus.
b) Upaya memperjuangkan kesatuan Gereja
Kita sudah mendengar tentang fakta perpecahan gereja. Hal ini terjadi karena perbuatan manusia. Untuk itu semangat persatuan harus dipupuk dan diperjuangkan melalui berbagai cara seperti:
- Usaha untuk menguatkan persatuan kita dalam gereja:
- Aktif berpartisipasi dalam kehidupan bergereja
- Setia dan taat kepada persekutuan umat dan hirarki.
- Usaha untuk menguatkan persatuan antar-Gereja:
- Jujur dan terbuka antar satu dengan yang lainlal.
- Lebih melihat persamaan daripada mempersoalkan perbedaan.
- Mengadakan kegiatan bersama seperti doa bersama.
c) Gereja yang Satu ini terdiri dari :
- Pengakuan iman yang sama.
- Perayaan ibadat bersama dan sakramen-sakramen.
- Suksesi apostolik yang oleh tahbisan menegakkan kesepakatan sebagai saudara dan
saudari dalam Kerajaan Allah.
B. Gereja yang Kudus
a) Pengertian
Gereja itu kudus, kudus berarti yang dikhususkan atau disucikan bagi Tuhan. Gereja Katolik meyakini diri kudus bukan karena tiap anggotanya sudah kudus tetapi lebih-lebih karena dipanggil kepada kekudusan oleh Tuhan, “Hendaklah kamu sempurna sebagaimana Bapamu di surga sempurna adanya.” (Mat 5:48) Perlu diperhatikan juga bahwa kategori kudus yang dimaksud terutama bukan dalam arti moral tetapi teologi, bukan soal baik atau buruknya tingkah laku melainkan hubungannya dengan Allah. Ini tidak berarti hidup yang sesuai dengan kaidah moral tidak penting. Namun kedekatan dengan yang Ilahi itu lebih penting, sebagaimana dinyatakan, “kamu telah memperoleh urapan dari Yang Kudus, (1Yoh 2:20) yakni dari Roh Allah sendiri. (bdk. Kis 10:38) Diharapkan dari diri seorang yang telah terpanggil kepada kekudusan seperti itu juga menanggapinya dalam kehidupan sehari-hari yang sesuai dengan kaidah-kaidah moral.
b) Gereja itu kudus karena sumber (dari mana ia berasal), tujuan (kemana ia diarahkan), dan unsur-unsur ilahi yang auntentik di dalam nya adalah kudus.
- Sumber Gereja berasal adalah kudus. Gereja didirikan oleh kristus. Gereja menerima kekudusannya dari kristus dan doa-Nya. (lihat.Yo 17:11).
- Tujuan dan arah Gereja adalah kudus. Gereja ditunjukan untuk kemuliaan Allah dan penyelamat umat manusia. (Ef 1: 4, 1Ptr 1 : 15).
- Unsur- unsur Ilahi yang auntentik di dalam Gereja adalah kudus, misalnya ajaran-ajaran dan sakramen-sakramen. sakramen-sakramen.
- Usaha kita sebagai anggota Gereja untuk mewujudkan kekudusan Gereja
- Saling memberi kesaksian untuk hidup sebagai putra putri Allah
C. Gereja yang Katolik
a) Pengertian
Gereja bersifat katolik karena terbuka bagi dunia, tidak sebatas pada tempat tertentu, bangsa dan kebudayaan tertentu, waktu dan golongan masyarakat tertentu. Kekatolikan Gereja tampak dalam:
- Rahmat dan keselamatan yang ditawarkan.
- Iman dan ajaran Gereja yang bersifat umum (dapat diterima dan dihayati oleh siapapun). Iman dan ajaran Gereja yang bersifat umum, dapat diterima dan dihayati oleh siapa pun juga. Kekatolikan Gereja tidak berarti bahwa Gereja meleburkan diri ke dalam dunia. Dalam keterbukaan itu, Gereja tetap mempertahankan identitas dirinya. Kekatolikan justru terbukti dengan kenyataan bahwa identitas Gereja tidak tergantung pada bentuk lahiriah tertentu, melainkan merupakan suatu identitas yang dinamis, yang selalu dan dimana-mana dapat mempertahankan diri, bagaimanapun juga bentuk pelaksanaannya. Kekatolikan Gereja bersumber dari firman Tuhan sendiri.
- Gereja tetap dibangun atas dasar para Rasul dan para Nabi.
- Dengan bantuan Roh Kudus, Gereja menjaga ajaran, warisan iman, pedoman sehat para Rasul dan meneruskannya.
- Gereja tetap diajar, dikuduskan dan dibimbing oleh para Rasul sampai kedatangan kembali Yesus. Sekarang tugas para Rasul itu diteruskan oleh para Uskup, dibantu oleh para Imam.
- Setia mempelajari injil sebagai iman gereja para rasul.
- Menafsirkan dan mengevaluasi situasi konkret kita dengan iman Gereja para rasul.
- Setia dan loyal kepada hierarki sebagai pengganti para rasul. Mewujudkan keapostolikan Gereja. Keapostolikan Gereja tidak berarti Gereja sekarang hanya merupakan copyan dari Gereja para rasul. Gereja sekarang hanya terarah kepada gereja para rasul sebagai dasar dan permulaan imannya. Karena pewartaan para rasul dan penghayatan iman mereka terungkap dalam Kitab Suci, maka sifat keapostolikan gereja akan tampak terutama dalam kesetiaan kepada Injil.