• This is default featured slide 1 title

    Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

  • This is default featured slide 2 title

    Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

  • This is default featured slide 3 title

    Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

  • This is default featured slide 4 title

    Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

  • This is default featured slide 5 title

    Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

SIFAT-SIFAT GEREJA

I. Pengantar 

Syahadat iman Gereja Katolik dirumuskan dalam Kredo (credere = percaya). Ada dua rumusan kredo yaitu rumusan pendek dan rumusan panjang. Syahadat rumusan pendek disebut Syahadat Para Rasul karena menurut tradisi syahadat ini disusun oleh para rasul.Yang panjang disebut Syahadat Niea yang disahkan dalam Konsili Nicea (325) yang menekankan keilahian Yesus. Dikemudian hari lazim disebut sebagai Syadat Nicea-Konstantinopel karena berhubungan dengan Konsili Konstantinopel I (381). Pada Konsili ini ditekankan keilahian Roh Kudus yang harus disembah dan dimuliakan bersama Bapa dan Putera. Syahadat inilah yang lebih banyak digunakan dalam liturgi-liturgi Gereja Katolik. Di dalam rumusan syahadat panjang itu pada bagian akhir dinyatakan ke empat sifat atau ciri gereja katolik : satu, kudus, katolik dan apostolik.  

Sifat Sifat Gereja Yang Katolik & Apostolik - YouTube 

Tujuan Sifat-sifat Gereja 

Gereja yang satu, kudus dan apostolik merupakan ciri-ciri atau sifat Gereja. Melalui empat ciri itu Gereja menyatakan bahwa yang insani dan yang ilahi bersatu di dalam diri Gereja sama halnya dengan Gereja, kendati beraneka ragam, namun tetap Satu yaitu Gereja yang berkumpul dalam Tuhan Yesus Kristus. Keempat sifat Gereja itu saling kait mengait, tetapi tidak merupakan rumus yang siap pakai. Gereja memahaminya dengan merefleksikan dirinya sendiri dengan karya Roh Kudus di dalam dirinya. Gereja itu Ilahi sekaligus insani, berasal dari Yesus dan berkembang dalam sejarah. Gereja itu bersifat dinamis, tidak sekali jadi dan statis, oleh karena itu sifat-sifat Gereja tersebut harus selalu diperjuangkan. 

Berikut penjelasan masing-masing mengenai sifat-sifat gereja katolik : 

Dalam doa syahadat/credo/aku percaya, kita mengakui 4 sifat gereja yaitu: gereja yang satu, kudus, katolik dan apostolik. Penjelasan dari masing-masing sifat gereja sebagai berikut: 

A. Gereja yang Satu 

 a) Pengertian 

        Gereja itu satu karena sumber dan teladannya adalah Allah Tritunggal: Bapa, Putra, dan Roh Kudus. Yesus Kristus, Putra Allah, sebagai pendiri dan kepala Gereja menetapkan kesatuan semua umat manusia dalam satu tubuh. Sebagai jiwa Gereja, Roh Kudus mempersatukan semua umat beriman dalam kesatuan dengan Kristus. "Allah telah berkenan menghimpun orang-orang yang beriman akan Kristus menjadi umat Allah" (1 Ptr 2:5-10) dan "membuat mereka satu tubuh" (1Kor 12:12). Kesatuan Gereja pertama-tama adalah kesatuan iman (Ef 4:3-6) yang diungkapkan secara berbeda-beda. Kristus memang mengangkat Petrus menjadi ketua para rasul, supaya kolegialitas para rasul tetap satu dan tidak terbagi. Didalam diri Petrus, Kristus menetapkan asas dan dasar kesatuan iman serta persekutuan yang tetap kelihatan. Kristus akan tetap mempersatukan Gereja, tetapi perwujudan konkret harus diperjuangkan dan dikembangkan disempurnakan terus menerus. Gereja hanya mempunyai satu iman, satu kehidupan sakramental, satu warisan apostolik, satu pengharapan yang umum, serta cinta kasih yang satu dan sama. Meski demikian, kesatuan Gereja tetap menghargai kebhinnekaan yang ada di dalamnya. Kesatuan Gereja juga tampak secara nyata. Sebagai orang-orang Katolik, kita dipersatukan dalam pengakuan iman yang satu dan sama, dalam perayaan ibadat bersama, terutama sakramensakramen, serta struktur hierarkis berdasarkan suksesi apostolik yang dilestarikan dan diwariskan melalui Sakramen Tahbisan Suci. Kesatuan di dalam Gereja mendapatkan dasarnya dari kesatuan Tritunggal, yaitu Bapa, Putera dan Roh Kudus. Allah Tritunggal kendati memiliki tiga pribadi, namun hakikatnya adalah Satu. Sama halnya dengan Gereja, kendati beraneka ragam, namun tetap Satu yaitu Gereja yang berkumpul dalam Tuhan Yesus Kristus. Roh Kudulah yang menyatukan Gereja. Dalam konteks kehidupan kristiani, kita menyadari bahwa dosa menyebabkan terjadinya perpecahan dan pertengkaran, sebaliknya di mana ada kebajikan di sana ada perdamaian. Roh Kudus membimbing gerejaNya untuk senantiasa masuk lebih dalam menuju kebersatuan antara umat dan terlebih dengan Yesus Kristus. 

b) Upaya memperjuangkan kesatuan Gereja 

        Kita sudah mendengar tentang fakta perpecahan gereja. Hal ini terjadi karena perbuatan manusia. Untuk itu semangat persatuan harus dipupuk dan diperjuangkan melalui berbagai cara seperti: 

  • Usaha untuk menguatkan persatuan kita dalam gereja: 

            - Aktif berpartisipasi dalam kehidupan bergereja 

            - Setia dan taat kepada persekutuan umat dan hirarki. 

  • Usaha untuk menguatkan persatuan antar-Gereja: 

            - Jujur dan terbuka antar satu dengan yang lainlal. 

            - Lebih melihat persamaan daripada mempersoalkan perbedaan. 

            - Mengadakan kegiatan bersama seperti doa bersama. 

c) Gereja yang Satu ini terdiri dari : 

  • Pengakuan iman yang sama. 
  •  Perayaan ibadat bersama dan sakramen-sakramen. 
  • Suksesi apostolik yang oleh tahbisan menegakkan kesepakatan sebagai saudara dan saudari dalam Kerajaan Allah. 

Empat Sifat Gereja Katolik

Menjelaskan hal-hal yang melukai Gereja yang kudus - Brainly.co.id

B. Gereja yang Kudus 

a) Pengertian 

        Gereja itu kudus, kudus berarti yang dikhususkan atau disucikan bagi Tuhan. Gereja Katolik meyakini diri kudus bukan karena tiap anggotanya sudah kudus tetapi lebih-lebih karena dipanggil kepada kekudusan oleh Tuhan, “Hendaklah kamu sempurna sebagaimana Bapamu di surga sempurna adanya.” (Mat 5:48) Perlu diperhatikan juga bahwa kategori kudus yang dimaksud terutama bukan dalam arti moral tetapi teologi, bukan soal baik atau buruknya tingkah laku melainkan hubungannya dengan Allah. Ini tidak berarti hidup yang sesuai dengan kaidah moral tidak penting. Namun kedekatan dengan yang Ilahi itu lebih penting, sebagaimana dinyatakan, “kamu telah memperoleh urapan dari Yang Kudus, (1Yoh 2:20) yakni dari Roh Allah sendiri. (bdk. Kis 10:38) Diharapkan dari diri seorang yang telah terpanggil kepada kekudusan seperti itu juga menanggapinya dalam kehidupan sehari-hari yang sesuai dengan kaidah-kaidah moral. 

b) Gereja itu kudus karena sumber (dari mana ia berasal), tujuan (kemana ia diarahkan), dan unsur-unsur ilahi yang auntentik di dalam nya adalah kudus. 

  • Sumber Gereja berasal adalah kudus. Gereja didirikan oleh kristus. Gereja menerima kekudusannya dari kristus dan doa-Nya. (lihat.Yo 17:11). 
  • Tujuan dan arah Gereja adalah kudus. Gereja ditunjukan untuk kemuliaan Allah dan penyelamat umat manusia. (Ef 1: 4, 1Ptr 1 : 15). 
  • Unsur- unsur Ilahi yang auntentik di dalam Gereja adalah kudus, misalnya ajaran-ajaran dan sakramen-sakramen. sakramen-sakramen. 
c) Gereja harus menjadi Gereja yang kudus Di zaman ini,karena itu merupakan perwujudan kehendak Allah yang Mahakudus untuksekarang bersatu dengan manusia, dan mempersatukan manusia dalam kekudusanNya. Gereja yang kudus itu dipandang sebagai tanda Gereja yang benar. 
  • Usaha kita sebagai anggota Gereja untuk mewujudkan kekudusan Gereja
    1. Saling memberi kesaksian untuk hidup sebagai putra putri Allah 
                    - Dengan perbuatan yang kongkret : bela rasa, mengabarkan kabar gembira. 
                    - Menjaga kekudussan gereja dengan menjaga kekudusan dalam diri (hati nurani)dan dapat
                      menjadi contoh teladan yang baik bagi orang-orang disekitar kita. 
               2. Memperkenalkan Hidup (bersifat pahlawan) untuk mencapai kekudusan. 
                    - Memberikan jasa tanpa pamrih. 
                    - Membantu sesama manusia tanpa membeda-bedakan. 
              3. Merenungkan dan mendalami Kitab Suci, khususnya ajaran dan hidup Yesus yang
                  merupakan pedoman dan arah hidup kita : 
                    - Rajin berdoa dan Rajin Kegereja. 
                    - Merefleksikan pengalaman diri sendiri.
                    - Membaca Kitab Suci. 
Hidup suci atau kudus (saleh-mulia) perlu diperjuangkan terus menerus. Menjadi kudus atau suci berangkat dari pengalaman sederhana yang baik dan positif. Bahkan, menjadi kudus berawal dari pengalaman pahit, dosa, keterpurukan. Pengalaman jatuh atau dosa tersebut berubah melalui perubahan atau pertobatan. Maka, sebetulnya dalam hidup kita perlunya perubahan atau pertobatan dari hal-hal yang negatif menjadi hal yang positif, yang baik.
 
Empat Sifat Gereja Katolik
 
Empat Sifat Gereja Katolik

 C. Gereja yang Katolik 

a) Pengertian 

        Gereja bersifat katolik karena terbuka bagi dunia, tidak sebatas pada tempat tertentu, bangsa dan kebudayaan tertentu, waktu dan golongan masyarakat tertentu. Kekatolikan Gereja tampak dalam:

  • Rahmat dan keselamatan yang ditawarkan. 
  • Iman dan ajaran Gereja yang bersifat umum (dapat diterima dan dihayati oleh siapapun). Iman dan ajaran Gereja yang bersifat umum, dapat diterima dan dihayati oleh siapa pun juga. Kekatolikan Gereja tidak berarti bahwa Gereja meleburkan diri ke dalam dunia. Dalam keterbukaan itu, Gereja tetap mempertahankan identitas dirinya. Kekatolikan justru terbukti dengan kenyataan bahwa identitas Gereja tidak tergantung pada bentuk lahiriah tertentu, melainkan merupakan suatu identitas yang dinamis, yang selalu dan dimana-mana dapat mempertahankan diri, bagaimanapun juga bentuk pelaksanaannya. Kekatolikan Gereja bersumber dari firman Tuhan sendiri.
b) Gereja bersifat universal, umum dan terbuka. Oleh sebab itu perlu diusahakan antara lain: 
        - Sikap terbuka dan menghormati kebudayaan, adat istiadat bahkan agama bangsa manapun.
        - Bekerja sama dengan pihak mana saja yang berkehndak baik dalam mewujudkan nilainilai yang
          luhur di dunia ini. 
       - Selalu berusaha untuk memprakarsai dan memperjuangkan suatu dunia yang baik untuk umat
         manusia.
        Untuk setiap orang kristiani diharapkan memiliki jiwa yang besar dan keterlibatan penuh dalam kehidupan masyarakat, sehingga dapat member kesaksian bahwa “katolik” artinya terbuka untuk apa saja yang baik dan siapa saja yang berkehendak baik. Gereja juga bersifat dinamis. Maka Gereja dapat dikembangkan lebih nyata atau diwujudkan dengan cara: Bersikap terbuka dan menghormati kebudayaan, adatistiadat, bahkan agama bangsa mana pun. Bekerja sama dengan pihak mana pun yang berkehendak baik untuk mewujudkan nilai-nilai yang luhur di dunia ini. Berusaha untuk memprakarsai dan memperjuangkan suatu dunia yang lebih baik untuk umat manusia. Terlibat dalam kehidupan bermasyarakat, sehingga kita dapat memberi kesaksian bahwa “katolik” artinya terbuka untuk apa saja yang baik dan siapa yang berhendak baik. Kekatolikan Gereja tidak berarti bahwa Gereja meleburkan diri kedalam dunia. Dalam keterbukaan itu, Gereja tetap mempertahankan identitas dirinya. Kekatolikan justru terbukti dengan kenyataan bahwa identitas Gereja tidak tergantung pada bentuk lahiriah tertentu, melainkan identitas yang bersifat dinamis, yang selalu di mana-mana dapat mempertahankan diri, bagaimanapun juga bentuk pelaksanaannya. Kekatolikan Gereja bersumber dari firman Tuhan sendiri. 
 
 Empat Sifat Gereja Katolik 
 
D. Gereja yang Apostolik 
a) Pengertian 
            Apostolik atau rasuli berarti bahwa Gereja berasal dari para rasul dan tetap berpegang teguh pada kesaksian iman mereka itu. Yesus Kristus mendirikan Gereja dan mempercayakan otoritas-Nya kepada para rasul-Nya para uskup yang pertama. Sifat apostolik tidak berarti bahwa Gereja hanya mengulang-ulangi apa yang sejak dulu kala sudah diajarkan dan dilakukan di dalam gereja, keapostolikan berarti bahwa dalam perkembangan hidup, tergerak Roh Kudus, Gereja senantiasa berpegang pada Gereja para rasul sebagai norma imannya. Bukan mengulangi, tetapi merumuskan dan mengungkapkan kembali apa yang menjadi inti hidup iman. karena seluruh Gereja bersifat apostolik, maka seluruh Gereja dan setiap anggotanya, perlu mengetahui apa yang menjadi dasar hidupnya. 
Gereja mewartakan keselamatan. Pewartaan Gereja diterima dari para rasul dan diteruskan sampai ke ujung bumi.  Dasarnya adalah Perintah Yesus "Pergilah, ajarilah semua bangsa dan baptislah mereka atas nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka mentaati segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu" (Mat 28 : 19-20).
        Sifat Apostolik (yang betul-betul dihayati secara nyata) harus mencegah Gereja dari segala rutinisme yang bersifat ikut-ikutan. Keapostolikan berarti bahwa seluruh Gereja dan setiap anggotanya tidak hanya bertanggungjawab atas ajaran gereja, tetapi juga atas pelayanannya. Sifat keapostolikan Gereja tidak pernah “selesai”, tetapi selalu merupakan tuntutan dan tantangan. gereja, yang oleh Kristus dikehendaki satu, kudus, Katolik, apostolik, senantiasa harus mengembangkan dan menemukan kembali kesatuan, kekatolikan, keapostolikan, dan terutama kekudusannya. Sifat-sifat Gereja di imani, berarti harus dihayati, oleh Gereja seluruhnya dan oleh masing-masing anggotanya. Gereja yang apostolik tidak berarti bahwa Gereja terpaku pada Gereja Perdana. Gereja tetap berkembang di bawah bimbingan Roh Kudus dan tetap berpegang pada Gereja para Rasul sebagai norma imannya. Hidup Gereja tidak boleh bersifat rutin, tetapi harus dinamis. Gereja disebut apostolik karena Gereja berhubungan dengan para rasul yang diutus oleh Kristus. Hubungan itu tampak dalam: Legitimasi fungsi dan kuasa hierarki dari para Rasul. 
 
b) Fungsi dan kuasa hierarki Diwariskan dari para rasul. 
            Ajaran-ajaran Gereja diturunkan dan berasal dari kesaksian para rasul.Ibadat dan struktur Gereja pada dasarnya berasal dari para rasul. Gereja sekarang sama dengan Gereja para rasul. Bahkan identitas Gereja sekarang mempunyai kesatuan dan kesamaan fundamental dengan Gereja para rasul. Gereja didirikan atas dasar para Rasul memiliki tiga macam arti, yaitu : 
  1. Gereja tetap dibangun atas dasar para Rasul dan para Nabi. 
  2. Dengan bantuan Roh Kudus, Gereja menjaga ajaran, warisan iman, pedoman sehat para Rasul dan meneruskannya. 
  3. Gereja tetap diajar, dikuduskan dan dibimbing oleh para Rasul sampai kedatangan kembali Yesus. Sekarang tugas para Rasul itu diteruskan oleh para Uskup, dibantu oleh para Imam. 
            Bapa Apostolik adalah sebutan bagi pakar-pakar teologi Kristen di jajaran para Bapa Gereja yang hidup pada abad pertama dan abad ke-2 Masehi, yang dipercaya kenal dengan beberapa rasul Kristus secara pribadi, atau sangat dipengaruhi ajaran dan keteladanan rasul-rasul tersebut. Empat aspek yang sangat hakiki dari: Gereja sejati: persatuan, kesucian, keuniversalan dan kerasulan. Kesatuan di dalam Gereja mendapatkan dasarnya dari kesatuan Tritunggal, yaitu Bapa, Putera dan Roh Kudus. Allah Tritunggal kendati memiliki tiga pribadi, namun hakikatnya adalah Satu. Sama halnya dengan Gereja, kendati beraneka ragam, namun tetap Satu yaitu Gereja yang berkumpul dalam Tuhan Yesus Kristus. Roh Kudus lah yang menyatukan Gereja. 
 
        Usaha mewujudkan Keapostolikan Gereja: 
  • Setia mempelajari injil sebagai iman gereja para rasul. 
  • Menafsirkan dan mengevaluasi situasi konkret kita dengan iman Gereja para rasul.
  • Setia dan loyal kepada hierarki sebagai pengganti para rasul. Mewujudkan keapostolikan Gereja. Keapostolikan Gereja tidak berarti Gereja sekarang hanya merupakan copyan dari Gereja para rasul. Gereja sekarang hanya terarah kepada gereja para rasul sebagai dasar dan permulaan imannya. Karena pewartaan para rasul dan penghayatan iman mereka terungkap dalam Kitab Suci, maka sifat keapostolikan gereja akan tampak terutama dalam kesetiaan kepada Injil.
        Kesatuan dengan Gereja purba adalah kesatuan hidup, yang pusatnya adaah Kitab Suci dan Tradisi. Secara konkret, tradisi selalu merupakan konfrontasi terus-menerus antara situasi gereja sepanjang masa dan pewartaan Kitab Suci. Gereja harus senantiasa menafsirkan dan mengevaluasi situasi konkret berpangkal pada sikap iman Gereja para rasul. 
 
Sifat Gereja : APOSTOLIK by Megan Letitia 
        Empat ciri/sifat Gereja yang didirikan Kristus adalah: satu, kudus, katolik dan apostolik. Satu, karena Kristus menghendaki Gereja-Nya berkarya sampai akhir zaman (Mat 28:19-20) dalam satu kepemimpinan, pengajaran maupun ibadah. Kudus, karena Gereja didirikan Kristus dan Kristus adalah Kepalanya. Katolik (artinya seluruh), karena Gereja didirikan oleh Kristus yang menyatukan segala sesuatu maka Gereja ditujukan bagi seluruh dunia, merangkul semua orang, dan mencakup semua ajaran-Nya, di seluruh/ sepanjang sejarah manusia. Apostolik, karena Kristus mendirikan Gereja-Nya di atas Rasul Petrus dalam persekutuan dengan para rasul yang lain. Karena itu, Gereja-Nya yang sejati adalah Gereja yang dipimpin oleh para penerus Rasul Petrus dan para penerus rasul lainnya.
 
 
 
Share:

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

Arsip Blog

Label

Label

Recent Posts

Unordered List

  • Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit.
  • Aliquam tincidunt mauris eu risus.
  • Vestibulum auctor dapibus neque.

Pages

Theme Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.