PENJELASAN TEORI
1. Hierarki dalam Gereja Katolik.
a. Pengertian dan Dasar Kepemimpinan dalam Gereja (Hierarki)
Gereja sebagai persekutuan umat mempunyai struktur kepemimpinan, yang kita sebut Hierarki. Untuk menggembalakan dan mengembangkan Umat Allah, Kristus dalam Gereja-Nya mengadakan aneka pelayanan yang tujuannya demi kesejahteraan seluruh Umat Allah. Sebab, para pelayan yang mempunyai kekuasaan kudus, melayani saudara-saudara mereka supaya semua yang termasuk Umat Allah, dengan bebas dan teratur bekerja sama untuk mencapai tujuan tadi, dan dengan demikian mencapai keselamatan.
Yesus Kristus, Gembala kekal, mendirikan Gereja Kudus, dengan mengutus para rasul seperti Dia sendiri diutus oleh Bapa (Yoh 20:21). Para pengganti mereka, yakni para Uskup, dikehendaki-Nya untuk menjadi gembala dalam Gereja-Nya hingga akhir zaman. Supaya episkopat itu sendiri tetap satu dan tak terbagi, Yesus mengangkat Santo Petrus menjadi ketua para rasul lainnya. Dalam diri Petrus, Yesus menetapkan adanya azas dan dasar kesatuan iman serta persekutuan yang tetap dan kelihatan. (Lumen Gentium, Art. 18)
Perutusan ilahi yang dipercayakan oleh Yesus kepada para rasul akan berlangsung sampai akhir zaman (Mt 28:20), Sebab, Injil yang harus mereka wartakan bagi Gereja merupakan azas seluruh kehidupan untuk selamanya. Maka dari itu, dalam himpunan yang tersusun secara Hierarkis, para rasul telah berusaha menggangkat para pengganti mereka.
Para Uskup pengganti para rasul yang dipimpin oleh Sri Paus pengganti Petrus bertugas melayani Jemaat bersama para pembantu mereka, yakni para imam dan diakon. Sebagai wakil Kristus, mereka memimpin kawanan yang mereka gembalakan (pimpin), sebagai guru dalam ajaran, imam dalam ibadat suci, dan pelayan dalam bimbingan (Lumen Gentium, Art 20)
b. Susunan Hierarki
Susunan kepemimpinan dalam Gereja sekarang dapat diurutkan sebagai berikut:
1) Dewan Para Uskup dengan Paus sebagai kepala
Pada akhir masa Gereja Perdana, sudah diterima cukup umum bahwa para uskup adalah pengganti para rasul. Tetapi hal itu tidak berarti bahwa hanya ada dua belas para uskup (karena ada 12 rasul). Bukan rasul satu persatu diganti oleh orang lain, tetapi kalangan para rasul sebagai pemimpin Gereja diganti oleh para Uskup. Tegasnya, dewan para Uskup menggantikan dewan para rasul. Yang menjadi pimpinan Gereja adalah dewan para uskup. Seseorang menjadi uskup, karena diterima ke dalam dewan itu.
2) Paus Konsili Vatican II menegaskan: “Adapun dewan atau badan para uskup hanyalah berwibawa, bila bersatu dengan imam agung di Roma, pengganti Petrus, sebagai kepalanya dan selama kekuasaan primatnya terhadap semua, baik para gembala maupun kaum beriman, tetap berlaku seutuhnya.” Sebab Imam Agung di Roma berdasarkan tugasnya, yakni sebagai wakil Kristus dan gembala Gereja semesta, mempunyai kuasa penuh, tertinggi dan universal terhadap Gereja, dan kuasa itu selalu dapat dijalankan dengan bebas (Lumen Gentium, Art 22). Penegasan itu didasarkan pada kenyataan bahwa Kristus mengangkat Santo Petrus menjadi ketua para rasul lainnya. Petrus diangkat menjadi pemimpin para rasul. Paus pengganti Petrus adalah pemimpin para uskup.
3) Uskup KonsiliVatican II merumuskan dengan jelas: “masing-masing uskup menjadi asas dan dasar kelihatan bagi kesatuan dalam Gerejanya” (Lumen Gentium, Art.23). Tugas pokok uskup adalam mempersatukan dan mempertemukan umat. Tugas itu selanjutnya dibagi menjadi tiga tugas khusus menurut tiga bidang kehidupan Gereja, yaitu tugas pewartaan, perayaan, dan pelayanan, di mana dimungkinkan komunikasi iman dalam Gereja. Tugas utama dan terpenting bagi para uskup adalah pewartaan Injil (Lumen Gentium, Art. 25) .
4) Pembantu Uskup: Imam dan Diakon.
Para Imam adalah wakil uskup. Di setiap Jemaat setempat dalam arti tertentu, para imam menghadirkan uskup. Tugas konkret mereka sama seperti uskup. Mereka ditahbiskan untuk mewartakan Injil dan menggembalakan umat beriman. Para Diakon : Pada tingkat hierarki yang lebih rendah terdapat para diakon, yang ditumpangi tangan bukan untuk imamat, melainkan untuk pelayanan (Lumen Gentium Art 29). Para diakon adalah pembantu khusus uskup di bidang materi sedangkan imam pembantu umum.
PENJELASAN HIERARKI SECARA SINGKAT
Segala tindakan para hierarkis harus berdasarkan cinta kasih yang berasal dari Yesus Kristus sebagai kepala Gereja, sehingga cinta kasih Yesus Kristus tersebar kepada seluruh umat awam dan menjadi dasar bagi seluruh pejalanan kehidupan manusia. Hierarki adalah orang-orang yang ditahbiskan untuk tugas kegembalaan. Mereka menjadi pemimpin dan pemersatu umat, sebagai tanda efektif dan nyata dari otoritas Kristus sebagai kepala Gereja. Hierarki adalah tanda nyata bahwa umat tidak dapat membentuk dan membina diri atas kuasanya sendiri, tetapi bergantung dari Kristus. Otoritas Kristus atas Gereja-Nya ditandai oleh hierarki.
PAUS |
Pemimpin tertinggi didalam Gereja Katolik yang ada diseluruh dunia, sebagai uskup Roma dan pengganti Rasul Petrus |
USKUP |
Pemimpin yang ditugaskan di wilayah tertentu untuk menggembalakan dan membimbing serta melayani umat-Nya. |
PASTOR (IMAM) |
Pemimpin yang bertugas untuk membantu uskup dalam pelayanan menggembalakan dan membimbing umat yang berada di setiap daerah. |
DIAKON TERTAHBIS |
Diakon tertahbis adalah calon pastor (imam) membantu uskup atau pastor dalam pelayanan menggembalakan umat yang berada di setiap daerah yang ditugaskan, sebelum benar-benar menjadi seoarang pastor/ menerima Sakramen Imamat. |
NB. Kardinal bukan jabatan hirarkis dan tidak termasuk dalam struktur hierarki. Kardinal adalah penasehat utama Paus dan membantu Paus terutama dalam reksa harian seluruh Gereja. Para Kardinal membentuk suatu dewan Kardinal. Jumlah dewan yang berhak memilih Paus dibatasi 120 orang yang di bawah usia 80 tahun. Seorang Kardinal dipilih oleh Paus dengan bebas.
c. Fungsi Hierarki
Seluruh
umat Allah mengambil bagian di dalam tugas Kristus sebagai nabi, imam, dan raja (tugas: mengajar, menguduskan, dan mengembalakan). Tetapi umat itu tidak bersifat seragam, maka Gereja mengenal pembagian tugas, tiap komponen umat (hierarki, biarawan, biarawati, awam) menjalankan tugas dengan cara yang
berbeda. Fungsi khusus hierarki adalah :
- Menjalankan tugas gerejani, yakni tugas-tugas yang secara langsung dan eksplisit menyangkut kehidupan beriman Gereja, seperti melayani sakramen-sakramen, mengajar agama dan sebagainya.
- Menjalankan tugas kepemimpinan dalam komunikasi iman. Hierarki mempersatukan umat dalam iman dengan petunjuk, nasihat, dan teladan.
d. Peranan Hierarki
Fungsi kepemimpinan hierarki adalah
untuk menggembalakan Gereja sebagai umat Allah. Hierarki berada dalam umat Allah oleh karena kehendak Kristus untuk menggembalakan seluruh Gereja-Nya. Dengan demikian, hierarki memiliki peran penting dalam penggembalaan Gereja Semesta. Dalam konteks Gereja Semesta (universal) ini, hierarki memiliki dua peran utama sebagai berikut:
Memberikan bimbingan pastoral dan tugas pengajaran.Tugas mengajar dan memberikan
bimbingan itu kerap dikenal dengan istilah magisterium Gereja atau kuasa
mengajar gereja dalam bidang iman. “Wewenang mengajar” tidak berarti bahwa dalam
pewartaan hanya hierarki yang aktif, sedangkan yang lain tinggal menerima dengan pasif saja.
Tugas-tugas Hierarki adalah:
- Hierarki menjalankan tugas kepemimpinan dalam komunikasi iman. Hirarki mempersatukan umat dalam iman, tidak hanya dengan petunjuk, nasehat, dan teladan,
tetapi juga dengan kewibawaan dan kekuasaan kudus. (Lumen Gentium, Art 27)
2) Hierarki menjalankan tugas-tugas Gerejani, seperti memperhatikan Gereja-gereja di seluruh dunia dan situasi-situasi yang dialami oleh Gereja-gereja partikular di seluruh dunia serta merayakan sakramen, mewartakan sabda, dan sebagainya..
e. Corak kepemimpinan dalam Gereja
Kepemimpinan dalam Gereja merupakan suatu panggilan khusus, di mana campur tangan Tuhan merupakan unsur yang dominan. Oleh sebab itu, kepemimpinan dalam Gereja tidak diangkat oleh manusia berdasarkan suatu bakat, kecakapan, atau prestasi tertentu. Kepemimpinan dalam Gereja tidak diperoleh oleh kekuatan manusia sendiri. “Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu”. Kepemimpinan dalam masyarakat dapat diperpanjang oleh manusia, tetapi kepemimpinan dalam Gereja tidaklah demikian.
Kepemimpinan
dalam Gereja bersifat mengabdi dan melayani dalam arti semurni-murninya, walaupun ia sungguh mempunyai wewenang yang berasal dari Kristus sendiri. Kepemimpinan gerejani adalah kepemimpinan untuk melayani, bukan untuk dilayani. Kepemimpinan untuk menjadi orang yang terakhir, bukan yang pertama. Kepemimpinan untuk mencuci kaki sesama saudara. Ia adalah pelayan. (Paus dikatakan sebagai: Servus Servorum Dei=Hamba dari hamba-hamba Allah).
Kepemimpinan hierarki berasal dari Tuhan, maka tidak dapat dihapus oleh
manusia. Kepemimpinan masyarakat dapat diturunkan oleh manusia, karena ia diangkat dan diteguhkan oleh manusia.
2. Kaum Awam dalam Gereja Katolik
Sesuai dengan ajaran konsili Vatican II, rohaniawan (Hierarki) dan awam memiliki martabat yang sama, hanya berbeda dalam fungsi. Semua fungsi sama luhurnya, asal dilaksanakan dengan motivasi yang baik, demi Kerajaan Allah.
a. Arti kaum Awam
Yang dimaksud dengan kaum awam adalah semua orang beriman Kristiani yang tidak termasuk golongan yang menerima tahbisan suci dan status kebiarawanan yang diakui dalam Gereja (Lumen Gentium Art. 31).
Ada dua macam defenisi awam:
Ø Definisi teologis: Awam adalah warga Gereja yang tidak ditahbiskan. Jadi, awam meliputi biarawan seperti suster dan bruder yang tidak menerima tahbisan suci.
Ø Definisi tipologis: Awam adalah warga Gereja yang tidak ditahbiskan dan juga bukan biarawan-biarawati. Maka dari itu, awam tidak mencakup para bruder dan suster.
b. Peranan Kaum Awam
Pada zaman ini orang sering berbiacara tentang tugas atau kerasulan internal dan eksternal.Kerasulan internal atau kerasulan “ di dalam Gereja” adalah kerasulan membangun jemaat. Kerasulan ini lebih diperani oleh jajaran Hierarki, walaupun awam dituntut pula untuk mengambil bagian di dalamnya. Kerasulan eksternal atau kerasulan dalam “tata dunia” lebih diperani oleh para awam. Namun harus disadari bahwa kerasulan dalam Gereja bermuara pula ke dunia. Gereja tidak hadir di dunia ini untuk dirinya sendiri, tetapi untuk dunia. Gereja hadir untuk membangun Kerajaan Allah di dunia ini.
1) Kerasulan dalam tata dunia.
Berdasarkan panggilan khasnya, awam bertugas mencari Kerajaan Allah dengan mengusahakan hal-hal duniawi dan mengaturnya sesuai dengan kehendak Allah. Mereka hidup dalam dunia, yakni dalam semua dan tiap jabatan serta kegiatan dunia. Mereka dipanggil Allah agar sambil menjalankan tugas khasnya dan dibimbing oleh semangat Injil, mereka dapat menguduskan dunia dari dalam laksana ragi (Lumen Gentium, Art. 31). Kaum awam dapat menjalankan kerasulannya dengan kegiatan penginjilan dan pengudusan manusia serta meresapkan dan memantapkan semangat Injil ke dalam Tata Dunia sedemikian rupa sehingga kegiatan mereka sungguh-sungguh memberikan kesaksian tentang Kristus dan melayani keselamatan manusia. Dengan kata lain, Tata Dunia adalah medan bakti khas kaum awam. Hidup keluarga dan masyarakat yang bergumul dengan bidang-bidang ipoleksosbudhamkamnas hendaknya menjadi medan bakti mereka. Cukup lama, bahkan sampai sekarang ini, masih banyak diantara kita yang melihat kerasulan dalam tata dunia bukan sebagai kegiatan kerasulan. Mereka menyangka bahwa kerasulan hanya berurusan dengan hal-hal yang rohani, yang sakral, yang kudus, yang serba keagamaan, dan yang menyangkup kegiatan-kegiatan dalam lingkup Gereja. Dengan paham Gereja sebagai “Tanda dan Sarana Keselamatan Dunia” yang dimunculkan oleh Gaudium et Spes, di mana otonomi dunia dan sifatnya yang sekuler diakui, maka dunia dan lingkungannya mulai diterima sebagai ruang lingkup keberadaan dan kegiatan Gereja, bahkan sebagai partner dialog yang dapat saling memperkaya diri. Orang mulai menyadari bahwa menjalankan tugas-tugas duniawi tidak hanya berdasarkan alasan kewargaan dalam masyarakat atau Negara saja, tetapi juga karena dorongan iman dan tugas kerasulan kita, asalkan dengan motivasi yang baik. Iman tidak hanya menghubungkan kita dengan Tuhan, tetapi sekaligus menghubungkan kita dengan sesama kita di dunia ini.
2) Kerasulan dalam Gereja (internal)
Karena Gereja ini Umat Allah, maka Gereja harus sungguh-sungguh menjadi Umat Allah. Ia hendaknya mengkonsilidasi diri untuk benar-benar menjadi Umat Allah itu. Ini adalah tugas membangun Gereja. Tugas ini dapat disebut kerasulan internal. Tugas ini pada dasarnya lebih dipercayakan kepada golongan hierarki (kerasulan hierarki), tetapi para awam dituntut pula untuk mengambil bagian di dalamnya. Keterlibatan awam dalam tugas membangun Gereja ini bukanlah karena menjadi perpanjangan tangan dari hierarki atau ditugaskan oleh hierarki, tetapi oleh pembaptisan ia mendapat tugas itu dari Kristus. Awam hendaknya turut berpartisipasi dalam tri-tugas Gereja.
a). Dalam tugas nabiah, pewartaan sabda, seorang awam dapat: Mengajar agama, sebagai katekis atau guru agama memimpin kegiatan pendalaman Kitab Suci atau pendalaman iman.
b). Dalam tugas imamiah, menguduskan, seorang awam dapat: Memimpin doa dalam pertemuan-peremuan umat, memimpin koor atau nyanyian dalam ibadat, membagi komuni sebagai prodiakon, menjadi pelayan Altar, dsb.
c). Dalam tugas gerejawi, memimpin atau melayani, seorang awam dapat: Menjadi anggota Dewan Paroki, menjadi ketua seksi, ketua lingkungan atau wilayah.
c. Hubungan Hierarki dan Kaum Awam
1). Gereja adalah Umat Allah
Konsili Vatkan II menegaskan bahwa semua anggota Umat Allah (hierarki, biarawan/biarawati, dan awam) memiliki martabat yang sama. Yang berbeda hanya fungsinya. Keyakinan ini dapat menjamin hubungan yang wajar antara semua komponen Gereja. Tidak boleh ada klaim bahwa komponen-komponen tertentu lebih bermartabat dalam Gereja Kristus dan menyepelekan komponen lainnya. Keyakinan ini harus diimplementasikan secara konsekuen dalam hidup dan karya semua anggota Gereja.
2). Setiap Komponen Gereja memiliki fungsi yang khas.
Setiap Komponen Gereja memiliki fungsi yang khas. Hierarki bertugas memimpin (atau lebih tepat melayani) dan mempersatukan seluruh Umat Allah. Biarawan/biarawati dengan kaul-kaulnya bertugas mengarahkan umat Allah kepada dunia yang akan dating (eskatologis). Para awam bertugas merasul dalam tata dunia. Mereka harus menjadi rasul dalam keluarga-keluarga dan dalam masyarakat di bidang ipoleksosbudhamkamnas. Jika setiap komponen Gereja melaksanakan fungsinya masing-masing dengan baik, maka adanya kerja sama yang baik pasti terjami.
3) Kerja sama
Walaupun tiap komponen Gereja memiliki fungsinya
masing-masing, namun untuk bidang-bidang dan kegiatan tertentu, terlebih dalam kerasulan internal Gereja
yaitu membangun hidup menggereja, masih dibutuhkan partisipasi dan kerja sama dari semua komponen. Dalam hal ini hendaknya hierarki tampil sebagai pelayan yang memimpin dan mempersatukan. Pimpinan tertahbis, yaitu dewan diakon, dewan presbyter, dan dewan uskup tidak berfungsi untuk mengumpulkan kekuasaan ke dalam tangan mereka melainkan untuk menyatukan rupa-rupa tipe, jenis, dan
fungsi pelayanan (kharisma) yang ada.Hierarki berperan untuk memelihara keseimbangan dan persaudaraan di antara sekian banyak tugas pelayanan. Para pemimpin
tertahbis
memperhatikan serta memelihara keseluruhan visi, misi, dan reksa pastoral.
Karena itu, tidak mengherankan bahwa di antara mereka yang termasuk dalam dewan
hierarki ini ada yang bertanggung jawab untuk memelihara ajaran yang benar dan memimpin perayaan sakramen-sakramen.
d. Peranan Kaum Muda dalam Hidup Menggereja
Gereja membutuhkan kaum muda untuk memperkembangkan Gereja itu sendiri. Keterlibatan kaum muda dalam Gereja bisa dalam bentuk kelompok atau pribadi. Gereja memberikan ruang bagi keterlibatan kaum muda untuk tugas-tugas Gereja sesaui dengan fungsi dan potensi masing-masing, entah itu tugas nabiah, rajawi, imamiah. Oleh karena itu kerasulan kita baik didalam Gereja maupun kerasulan di luar Gereja memiliki tujuan yang sama, membangun Kerajaan Allah.
D. SAJIAN CONTOH
Bacalah Cerita Dibawah ini:
DUA BERSAUDARA
Kata
sahibul hikayat ada dua orang bersaudara yang hidup bahagia dan puas, sampai kedua-duanya dipanggil Tuhan untuk menjadi murid-Nya. Yang lebih tua menanggapi panggilan menjadi iman dengan sukarela, meskipun ia harusmeninggalkan orang tua serta gadis yang dicintainya dan diimpikan menjadi
istrinya. Ia lalu pergi ke sebuah negeri yang jauh. Disana ia mencurahkan seluruh
hidupnya untuk melayani orang-orang yang sangat miskin. Penganiayaan timbul di negeri
itu. Ia ditangkap atas dasar tuduhan palsu, kemudian disiksa dan dibunuh. Dan Tuhan berkata kepadanya: “Baik, hamba yang jujur dan setia! Engkau memberiku pengabdian seharga seribu talenta. Sekarang akan kuberikan kepadamu semiliar, semiliar talenta sebagai ganjaranmu, masuklah dalam sukacita TuhanMu!”. Tanggapan adiknya atas panggilan Tuhan berubah. Ia ingin melepaskannya supaya dapat meneruskan rencananya serta menikah dengan gadis yang dicintainya. Ia menikmati kebahagiaan hidup berkeluarga, usahanya berkembang pesat, ia menjadi
terkenal dan kaya. Kadangkala ia memberi sedekah kepada pengemis, bersikap
ramah terhadap istri dan anak-anaknya. Sesekali ia juga mengirim sedikit uang untuk kakaknya yang menjadi misionaris di negeri yang jauh.”Uang ini mungkin dapat membantu karyamu di tengah orang miskin itu”, tulisnya di dalam surat. Pada saat ia meninggal, Tuhan berkata kepadanya: “Baik, hamba yang jujur dan
setia! Engkau memberiku pelayanan seharga sepuluh talenta. Sekarang akan kuberikan ganjaran kepadamu sebesar semiliar,semiliar talenta, masuklah ke dalam suka
cita
Tuhanmu!” Kakaknya tercengang-cengang ketika mendengar bahwa adiknya mendapatkan ganjaran yang sama dengannya. Dan ia senang. Katanya: “Tuhan, setelah melihat semua ini, seandainya saya harus lahir dan hidup kembali, saya masih akan melakukan hal yang persis sama dengan yang telah saya perbuat bagi-Mu”.
- Siapakah yang awam?
Jawab: Yang awam adalah adik
- Menurut pandanganmu, manakah lebih luhur, menjadi iman atau menjalankan suatu profesi dalam masyarakat seperti guru, camat, polisi, pedagang dsb? Jelaskan?
Jawab : cerita diatas ingin mengungkapkan bahwa awam dan peran seorang awam sama luhurnya dengan rohaniwan (hierarki) dan peran seorang rohaniawan. Sesuai dengan ajaran Konsili Vatikan II, rohaniwan (hierarki) dan awam memiliki martabat yang sama, hanya berbeda dalam fungsi. Semua fungsi sama luhurnya, asal dilaksanakan dengan motivasi yang baik, demi Kerajaan Allah.
Lihat dan amatilah video dibawah ini . Berikan tanggapanmu !!